jump to navigation

Jabir bin Hayyan November 6, 2006

Posted by ummahonline in Tokoh.
trackback

Oleh: Abu HaidarPada tahun pertama abad Hijriah atau pada tahun 720 Masehi, Jabir bin Hayyan dilahirkan. Tahun kelahirannya bersamaan dengan tahun kematian Khalifah Umar Al-Khattab. Di kampung Tus (kota di timur laut Iran) inilah Jabir dibesarkan dan berkembang dari segi akal dan ilmunya.

Sebagai anak bongsu dalam keluarganya, dia sering dimanjakan oleh saudara-saudaranya yang lain. Meskipun demikian, Jabir lebih suka menyendiri sambil memperhatikan fenomena alam dari awal dan tentang dunia kehidupan. Dia sering meneliti ikan di sungai Hiri Rud, membuat penelitian ke hutan belantara di sekitar Tus serta kebun-kebun yang dipenuhi oleh tumbuhan dan binatang serta unggas.

Jabir tidak bosan-bosannya untuk bertanya kepada ayahnya mengenai apa yang tidak dia ketahuinya. Hayyan selalu memperhatikan kecerdasan dan rasa ingin tahu anaknya. Dia mengajarkan Jabir tentang beberapa rahsia alam sejak awal mengenai galian dan batuan. Hayyan bingung setelah besar nanti anaknya akan cenderung ke arah penelitian seperti ahli falsafah dan ahli kimia. Ia harus sabar menghadapi anaknya yang selalu ingin tahu itu.

Hayyan menjelaskan kepada Jabir tentang batuan seperti yang difahami oleh ahli falsafah dan selalu mengingatkan anaknya agar tidak menyia-nyiakan umurnya untuk mengkaji masalah ini. Sebaliknya dia menasihati anaknya agar mendalami dulu ilmu pengetahuan sejak awal dan matematik, kerana dengan mengetahui kedua ilmu ini kita bisa memperoleh masalah-masalah baru dalam ilmu kimia.

Pada zaman Kekuasaan Bani Umayyah yang terakhir iaitu pada zaman Marwan bin Muhammad, bintang kerajaan Umayyah hampir padam. Ketika itu Jabir telah berusia dua puluh tahun. Pergolakan untuk merebut kekuasaan politik semakin meruncing antara Bani Umayyah, Bani Hasyim, dan kubu Alawiyyah. Para ahli propaganda Bani Hasyim dan kubu Alawiyyah memasuki seluruh pelosok wilayah Iran, Fars, dan Iraq agar rakyat semuanya bersatu untuk memberi dukungan kepada Bani Hasyim dan Alawiyyah.

Kelemahan telah menjalar dalam urat nadi Bani Umayyah, penyakit tua telah menguasai insan yang telah lanjut usia juga bisa terjadi kepada umur kekuasaan. Penyakit tua ini juga menjalar dalam kerajaan Umayyah.

Hayyan bekerja keras untuk menolong Ahlul Bait, iaitu keturunan Rasulullah saw. dengan lidah dan pedangnya. Dia ikut berjuang bersama-sama pemimpinnya, Abu Muslim Khurasani. Demi tujuan ini, dia meninggalkan keluarganya berbulan-bulan lamanya, berkumpul bersama tokoh politik dan berperang bersama tentara. Begitulah keadaannya selama beberapa tahun.

Pada suatu hari, Jabir ingin mengangkat pedangnya dan keluar untuk menentang tentara Umayyah yang dipimpin Nasr bin Sayyar, tetapi dilarang oleh ayahnya. Hayyan berkata kepada anaknya, “Allah tidak menciptakan manusia sepertimu untuk berperang maupun untuk politik. Seorang ilmuwan itu seperti satu umat dengan sendirinya. Ilmuwan ialah pewaris para Nabi pada setiap zaman dan tempat. Sekarang, pergilah merantau ke barat, iaitu antara wilayah-wilayah Islam dan carilah ilmu. Tidak banyak ilmu yang ada di kawasan kita ini.”

Hayyan meninggalkan keluarganya sambil berjanji akan kembali lagi. Namun, Hayyan tidak kembali kerana dia mati syahid di medan pertempuran. Jabir mengikuti nasihat ayahnya untuk tidak berkecimpung di bidang politik atau berperang tetapi ia tekun mempelajari ilmu pengetahuan.

Ketika kerajaan Umayyah telah tamat riwayatnya dan tampuk kekuasaan dipegang oleh Khaifah Abbasiyyah pertama iaitu Abu al Abbas. Ibu kota kerajaan beralih dari Damsyik ke al Anbar, di sebelah barat sungai Furat (Efrat) yang terletak di timur laut Kufah, Iraq.

Wilayah-wilayah Iraq telah berikrar akan taat dan setia kepada khalifah yang baru. Pada waktu itu, usia Jabir sudah memasuki tiga puluh tahun. Waktu yang bersamaan dengan tahun ke-32 pada abad pertama Hijriah.

Jabir menyiapkan bekal untuk mengembara mencari ilmu. Dia membujuk ibunya agar menemaninya dalam pengembaraan itu. Saudara-saudaranya yang lain tinggal dengan kaum kerabat mereka dari Bani Azd di kampung Tus. Jabir juga membawa kitab-kitabnya dan menetap di Kufah dalam sebuah rumah yang terletak di lorong Bab ash Sham yang kemudian diberi nama Jalan Emas kerana Jabir menetap di situ bertahun-tahun lamanya.

Kufah terletak di salah sebuah anak sungai Furat. Kufah mulai dibangun oleh Saad bin Abi Waqqas sebagai markas tentaranya. Setelah itu, Kufah menjadi ibu kota pemerintahan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Tulisan Arab yang kini dikenal sebagai Khat Kufi berasal dari kota ini. Kota Kufah mempunyai iklim yang menarik. Institut ilmu Fiqih dan ilmu Bahasa di kota ini menyaingi institut dalam bidang serupa di kota Basrah.

Cukup lama Jabir menetap di Kufah. Tahun berganti tahun. Abu al Abbas wafat dan digantkan oleh Abu Ja’far al Mansyur.

Suatu hari Jabir sedang membaca dalam kamarnya sambil menulis hawamisy atau anotasi. Tiba-tiba ibunya masuk dan memperkenalkan seorang tamu iaitu Imam dan Faqih Ja’far ash Shadiq yang adalah sahabat ayahnya.

Imam Ja’far ash Shadiq bertanya kepada Jabir tentang apa yang dipelajarinya yang berhubungan dengan ilmu agama, kerana seorang ilmuwan itu harus memiliki nilai-nilai agama dan menguasai ilmu bahasa.

Imam Ja’far merasa gembira setelah Jabir memberitahu bahawa dia hafal Alquran, banyak hadis selain mengetahui nahwu dan sharaf serta fiqih dan bahasa.

Imam Ja’far berkata kepada Jabir, “Segala puji bagi Allah. Ingatlah selalu Jabir, bahawa bahasa seorang ilmuwan itu harus sesuai dengan maknanya. Dalam bidang ilmu, sepantasnya kata nama yang menunjukkan diri seorang hanya memberi arti seorang, bukan sebaliknya.”

Imam Ja’far mengajarkan Jabir ilmu kimia seperti yang terdapat pada orang Yunani, Mesir, Parsi, India dan Cina. Beliau juga mengatakan bagaimana ilmu-ilmu itu selalu berhubungan satu dengan lainnya.

Imam Ja’far ash Shadiq mengirimkan kitab Qaratis dari Madinah kepada Jabir. Jabir mengkaji buku ini dengan tekun sampai ia faham benar isi kitab tersebut. Ia mengkaji warisan ilmu para ilmuwan kimia terdahulu, termasuk ilmuwan Parsi dan Cina. Keahlian seni pertukangan dan pengobatan juga dipelajarinya.

Setelah sekian lama, Jabir menerima surat dari Imam Ja’far ash Shadiq yang ditulis sebelum beliau wafat. Dalam surat itu, Imam Ja’far ash Shadiq berkata kepada Jabir, “Wahai Jabir, seberat-berat kesalahan adalah orang yang suka mengurangi hak saudaranya. Siapa yang suka mengurangi hak saudaranya, maka Allah akan menimpakan kesusahan kepadanya. Jika iman kita mantap, kebakhilan pun hilang seperti tercabutnya bulu dari kulit. Jabir, sesudah memberikan hak keluargamau, janganlah kamu melebihkan seseorang dengan yang lainnya. Jika kamu berbuat begitu, niscaya kamu tergolong ke dalam orang yang sesat.”

“Jabi, terimalah murid-murid yang ingin mewarisi ilmu setelah kamu. Berkat bimbingan dan ajaranmu, mereka akan dapat memanfaatkan kitab-kitabmu yang sulit difahami. Ilmu yang utama ialah ilmu amal, kemudian barulah ilmu kitab.”

“Ujilah orang yang belajar denganmu, seperti kamu menguji benda dan unsur, kerana manusia itu bagaikan logam. Tidak seorangpun petani yang mau menanam pohon pada batu, maupun di tempat yang tandus.”

“Ketahuilah Jabir, ilmu itu bukanlah penghasilan orang perorangan atau seorang ilmuwan. Jangan hanya menetap di Kufah saja sampai kamu dimakan usia, seperti air yang akan menjadi keruh kerana disimpan terlalu lama. Ilmu itu ibarat serbuk bunga yang ditiup angin sampai ke mana-mana. Mengembaralah untuk mencari ilmu dan untuk menemukan para ahli. Jauhilah raja sekuat yang kamu mampu”

“Berhati-hatilah agar tidak seorangpun mencuri ilmu kamu untuk masalah-masalah mungkar. Jangan memberikan jalan untuknya mendapatkan rahasia yang terkandung di dalam kitab-kitabmu untuk tujuan jahat.”

“Tentukan apa yang kamu perlukan dalam ilmu kimia dan jangan terlalu jelas agar ilmuwan saja yang bisa memahami kamu, kerana hanya ilmuwan dan pakar yang mampu memahami rahasia pembuatan. Oleh sebab itu, mudahkanlah kaedah pemahaman dan pencernaan bagi para ilmuwan. Jangan biarkan bahasa menguasaimu tapi kuasailah bahasa itu. Jangan biarkan keterangan dan data membanjirimu tapi letakkan sesuatu itu pada tempatnya yang wajar.”

“Ketahuilah Jabir, bahawa ada orang yang menyalahgunakan ilmu sebagaimana orang yang menyalahgunakan agama. Jauhilah orang yang demikian, kerana dia akan merusak amalan ilmunya di hadapan manusia di dunia ini dan di hadapan Allah pada akhirat nanti.”

Jabir pindah ke Baghdad setelah Khalifah Mansur selesai membangun kota tersebut dan memindahkan semua pusat pemerintahan kerajaan dari kota Hasyimiyyah (al Anbar).

Isteri Jabir menginginkan suaminya untuk mengajarkan anak-anak mereka rahasia ilmu kimia tetapi Jabir enggan melakukannya. Jabir berkata kepada isterinya, “Isteriku, memang saya sangat menyayangi anak-anak kita, tetapi tidak seorang pun dari mereka yang berbakat menerima ilmu ini. Mereka tidak memiliki sifat keilmuan sejak dini, maupun kemauan yang gigih untuk menuntut ilmu. Walaupun dalam rumah ini banyak terdapat buku, tapi tidak seorang pun di antara mereka yang mengetahui ilmu sains atau matematika. Saya tidak menyalahkan mereka dengan kekurangannya. Setiap orang diciptakan oleh Allah untuk pekerjaan yang memang telah dimudahkan untuknya.”

Jabir menunjuk pada lampu yang tergantung di atas kepalanya, lantas ia berkata, “Cahaya lampu ini lebih lemah dari cahaya lampu yang tergantung di jendela-jendela istana Mansur dan istana Mahdi. Akal manusia, seperti lampu pelita, ada yang terang ada juga yang suram, dan ada yang di antara keduanya. Ilmu kimia tidak bisa dipikul amanahnya melainkan oleh orang yang berjiwa kuat dan bercita-cita tinggi. Siapa yang mencintai ilmu maka ilmu itu menjadi harta yang mulia pada dirinya.”

“Saya tidak mampu, bahkan guru yang lain juga tidak mampu untuk memberikan anak-anak kita gelas berisi ilmu untuk diminum. Bagaimanakah kita bisa membuka pikiran mereka untuk mempelajari ilmu yang banyak, sedangkan mereka sendiri tidak suka kepada ilmu, tidak seperti keinginan mereka akan kemewahan. Ilmu yang diberikan kepada orang tidak seperti air yang tumpah ke pasir. Ilmu itu ialah bencana bagi orang yang tidak sanggup mengamalkannya.”

Jabir bin Hayyan mengajarkan ilmu ukuran, kaedah-kaedah timbangan dan dimensi, dan apa pun ketika melakukan penelitian. Semua ini baru dipelajari di Eropah enam abad kemudian. Jabir juga mengajarkan bahawa setiap benda bisa terbakar, logam (yang keras) bisa dioksidakan dan terbuat dari bahan merkuri, sulfit atau garam galian (ini ialah pendapat Philogestin). Dunia mengenal pendapat ini seribu tahun setelah Jabir.

Dia juga mengajarkan yang berkenaan dengan teori kimia yang terjadi ketika pencantuman atom unsur-unsur yang saling bereaksi. Ini ialah pendapat yang dikatakan kembali oleh Dalton seribu tahun setelah Jabir.

Jabir juga mengajarkan bahawa ada kemungkinan dari segi teori untuk menukar logam-logam biasa dengan logam-logam yang mahal, dan sebaliknya. Pendapat yang dibuktikan keabsahannya pada kurun abad ke-20 dalam bidang fizik.

Jabir menciptakan batu kaustik (nitrat perak) untuk mengobati luka atau anggota tubuh yang rusak. Proses ini diketahui dan digunakan sampai sekarang. Kemudian beliau menciptakan tinta yang bersinar dari karat besi. Tinta ini berguna untuk membaca surat yang berharga atau surat-surat ketentaraan dalam peperangan pada waktu malam yang gelap tanpa harus memerlukan lampu. Kemudian beliau menciptakan cat yang memlihara pakaian dari kelembaban, cat yang menghindari pengoksidaan besi, dan cat yang membuat kayu api. Cat ini adalah titik awal ilmu perawatan dasar pada zaman sekarang.

Jabir menciptakan kertas anti api yang bisa digunakan untuk menulis dokumen berharga dan surat-surat penting. Setelah menemukan air perada serta air emas, Jabir menemukan air perah, unsur kalium, garam amonia, sulfit, merkuri, asid sulfurik, sulfat merkuri, oksida arsenik, karbonat plumbum, unsur antimoni, klorida merkuri, unsur natrium, lodit merkuri, dan minyak vitriol asli.

Sebelum itu, Jabir telah menemukan acid nitrik dan acid hidroklorit. Kedua acid (asam) ini telah memungkinkannya mendapatkan air perada. Jabir menciptakan penyulingan cuka (acid asetik) yang kini disebut khalik salji, proses pencelupan kain, untuk menyamak kuli, dan memisahkan perak dari emas dengan menggunakan acid nitrik.

Jabir menggunakan oksida magnesium untuk membuat kaca. Dia menguraikan proses kerja kimia sejak awal dengan baik sekali iaitu penguapan, pemisahan, penempatan. Jabir adalah orang pertama yang merintis proses peleburan dan pembentukan logam dengan menggunakan oksigen. Jabir menjelaskan tentang racun dan bagaimana membuang bisanya dengan menggunakan ilmu toksikologi.

Orang barat mengetahui penemuannya dari orang Arab sewaktu peperangan Andalusia, Syiria, dan Asia Kecil dari para pengembara dan pedagang yang menyeberangi Laut Mediterania. Orang Barat mulai menterjemahkan buku-buku Jabir ke bahsa latin menjelang abad ke-13 Masehi, iaitu empat abad setelah Jabir.

Di antara kitab yang paling terkenal ialah kitab al Khalis, kitab al Istitmam, kitab al Istifa, dan kitab at Taklis. Holmyard menyebutkan dalam bukunya al Kimiya ilal asr Daltun (Kimia hingga ke zaman Dalton) bahawa kitab-kitab karangan Jabir yang diterjemahkan ke bahasa Latin mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan ilmu kimia di Eropah. Di zaman abad pertengahan belum ada kitab yang seperti kitab-kitab Jabir.

Dari bahasa Arab dan Latin, kitab-kitab Jabir diterjemahkan ke bahasa Eropah yang lain. Kitab ini menjadi dasar ilmu kimia di Eropah sampai penghujung abad ke-18 Masehi. Banyak penemuan orang barat yang dikaitkan dengan pendapat dan teori Jabir.

Banyak bab dalam buku-buku itu mengatakan tentang Jabir, di antaranya Kardan Fo, Holmyard, George Sarton, De Lacy O’Leary, dan Bartello. Paul Kraus menerbitkan sebuah buku tentang Jabir dalam dua jilid.

Di Paris, Holmyard menerbitkan hasil karya Jabir tentang ilmu kimia, anatara kitab-kitab Jabir dalam versi bahasa Arab yang awal telah hilang, tetapi terjemahan Latinnya masih ada. Ini juga dilakukan oleh Paul Kraus dalam bukunya al Mukhtar min Rasa’il Jabir (Koleksi pilihan dari risalah-risalah Jabir) yang dihasilkan di Kaherah.

Paul Kraus dan Holmyard berpendapat bahawa dalam mewarisi ilmu kimia Yunani dan Timur, Jabir bin Hayyan adalah ahli kimia yang paling banyak melakukan penelitian dan uji coba serta penyusunan, paling jauh dari sifat rahsia dan kiasan. Mereka juga berpendapat bahawa kebijaksanaan Jabir meninggalkan taraf kerja-kerja dalam makmal dan manjauhkan alam tahayul.

Oleh sebab itu, teori-teorinya menjadi jelas dan rapi. Disebabkan oleh analisisnya yang tajam dan tuntas. Jabir bin Hayyan meletakkan ilmu kimia di atas landasan yang mantap dan kuat.

Komen-komen»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komen