jump to navigation

Ali Shari'ati: Intelektual Revolusioner Jun 5, 2007

Posted by ummahonline in Buku.
trackback

Oleh: Idris Taha

Judul buku : Ali Shari’ati: Biografi Politik Intelektual Revolusioner
Penulis : Ali Rahnema
Penerbit : Erlangga, Jakarta
Edisi : I, 2006
Tebal : xvi + 648 halaman

Ali Shari’ati adalah sebuah nama yang tak asing lagi bagi kebanyakan kalangan umat Islam. Kemasyhurannya bisa disandingkan dengan tokoh-tokoh Republik Islam Iran lainnya, seperti Imam Khomeini, Murtadha Muthahhari, dan Allamah Thaba’thabi. Nama-nama mereka cukup terkenal di telinga umat Islam kebelakangan ini.

Seperti tokoh-tokoh Iran lainnya, ketokohan dan intelektual Shari’ati semakin popular bagi masyarakat muslim terutamanya setelah Revolusi Iran meletus pada 1979. Apalagi setelah buku-buku karyanya, misalnya Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat-Pikir Barat Lainnya, Islam Agama ‘Protes’, dan Haji diterjemahkan dalam beragama bahasa.

Kini, sosok, latar belakang, aktiviti, dan pemikiran Shari’ati boleh dibaca dan ditelaah lebih dalam melalui buku karya Ali Rahnema, Ali Shari’ati: Biografi Politik Intelektual Revolusioner. Melalui buku itu Sharia’ti semakin mudah difahami. Dalam buku itu Rahnema memaparkan sisi-sisi kehidupan Ali Shari’ti, mulai dari masa kecil, pendidikan, politik, hingga kematiannya dalam pengasingan pada umur 44 tahun, usia yang relatif muda. Rahnema memotret perjalanan kehidupan dan aktiviti politik Shari’ati sebagai seorang pemikir religius dan aktivis revolusioner.

Inilah satu-satunya buku biografi Ali Shari’ati yang kini diterbitkan dan ditulis dengan data lengkap, mendalam, dan terperinci. Rahnema tidak hanya menjelaskan liku-liku dramatik dan tragik sepanjang perjalanan kehidupan Shari’ati, tetapi juga memaparkan suasana budaya, sosial, ekonomi, dan politik yang mengitarinya. Dengan objektif akademiknya, tapi tetap simpati dan hormat, akademia dalam bidang ilmu ekonomi pada American University, Paris, ini berhasil merakam dan menawarkan kefahaman baru tentang sosok dan figur Shari’ati yang posisinya di dalam Revolusi Iran cukup penting dan diperhitungkan.

Buku biografi Ali Shari’ati ini melanjutkan dan memperkukuh tradisi penulisan riwayat hidup seseorang yang telah berlangsung selama 15 abad lebih. Tradisi penulisan biografi ini bisa disemak pada masa-masa awal Islam yang biasa disebut sirah. Penulis biografi Nabi Muhammad SAW paling awal adalah Aban ibn Utsman ibn Affan (w. 105/723)–putra Khalifah Utsman ibn Affan yang lahir 10 tahun setelah Nabi wafat. Penulis pertama yang menggunakan istilah sirah atau biografi ialah Muhammad ibn Muslim ibn Syihab al-Zuhri yang merekonstruksi sirah Nabi dengan struktur yang baku, dan menggariskan kerangka dalam bentuk yang jelas.

Biografi adalah sirah, sekaligus tuntunan, anutan, sejarah, dan masa lalu yang sangat layak dipelajari dan dikaji untuk kehidupan masa depan. Kerana itu, sebuah buku biografi, termasuk buku biografi Ali Sharia’ti ini bisa menjadi uswah hasanah bagi perilaku teladan kehidupan dan pemikiran seseorang dan masyarakat luas umumnya. Dengan demikian, biografi Shari’ati ini layak dijadikan sebagai sumber rujukan untuk merumuskan masa depan pemikiran dan aktiviti politik umat Islam.

Biografi Shari’ati karya Rahnema ini tampaknya mengikuti gaya dan model penulisan biografi klasik yang biasanya menggunakan pendekatan kronologi–ditulis secara berurutan dan terinci sesuai dengan masa-masa terjadinya suatu kisah atau peristiwa kehidupan. Biografi semacam ini sering disebut sejarah dan banyak digunakan para penulis biografi. Inilah cara penulisan biografi yang paling sederhana, jitu, dan tidak terlalu rumit untuk menjelaskan dan memaparkan rincian-rincian dasar peri kehidupan seseorang.

Kerana kronologi, penulisan biografi klasik biasanya dimulai dengan penggambaran kehidupan seseorang dari prakelahiran, kelahiran, masa kanak-kanak, keluarga, perkawinan, pendidikan, aktivii, pemikiran, pemberontakan, pemenjaraan, hingga masa-masa akhir hidupnya, seperti tampak jelas pada biografi Shari’ati yang ditulis Rahnema ini.

Buku yang terdiri atas 23 bab ini dimulai dengan pemaparan Rahnema tentang keadaan politik dan religius yang melatarbelakangi pra kelahiran Shari’ati dan keluarganya, yang ditulisnya hingga tiga bab.

Dalam bab empat, Rahnema baru memaparkan tentang masa kecil dan masa dewasa yang dilalui Shari’ati. Seperti disebutkan Rahnema, fikiran dan ide-ide Shari’ati dibentuk oleh bacaan yang diperolehnya selama masa pendidikan (h. 69-73). Bacaan-bacaan Shari’ati cukup beragam, dan memengaruhi pola fikir dan idea. Daftar bacaannya berjalan melalui sebuah transformasi radikal pada saat dia mulai masuk ke sekolah dasar sampai ke sekolah menengah.

Di sekolah dasar, Shari’ati telah membaca berbagai jenis buku; karya Victor Hugo, Les Miserables, Que sais-je, History of Cinema, dan buku popular yang hebat seperti Zan-e- Mast. Di tingkat sekolah menengah, Shari’ati mulai mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah filsafat, mistik, dan sufisme. Dalam bidang filsafat, ia melahap karya-karya filosof Jerman, seperti Arthur Schopenhauer, Franz Kafka, dan penyair besar Jerman Anatole France. Ia memiliki kenangan pertama terhadap karya-karya Maurice Maeterlink. Ia memetik kepada penulis dan penyair simbolik dari Belgium ini sebagai pelopor dalam merefleksikan dan merenungkan kebenaran yang ada di balik realiti.

Adapun sastera sufi yang dibaca Shari’ati adalah karya sufi besar, seperti al-Hallaj, al-Junayd, Qadi Abu Yusuf, Syabastari, Qusyairi, Abu Said Abu al-Khayr, Abu Yazid al-Bustami, Ayn al-Qudat al-Hamadani, dan Maulana Jalaluddin Rumi. Dalam masa-masa tersebut, seperti dijelaskan Rahnema, Shari’ati juga telah membaca buku-buku tafsir Al-Qur?an, sastera, puisi, sejarah Islam, dan tentu saja buku-buku politik.

Dalam bab-bab berikutnya, khususnya bab lima, Rahnema memaparkan keterlibatan Shari’ati dalam aktiviti politik. Shari’ati, jelas Rahnema, secara efektif memulai aktiviti politiknya ketika menjadi mahasiswa pada institut perguruan. Baru pada 1950, Shari’ati menjadi anggota aktif dalam sebuah partai politik. Namun, dasar-dasar kesedaran sosial politiknya telah tertanam pada Pusat Penyebaran Kebenaran Islam, yang ketikaitu ia masih berusia 15 tahun. Dalam perkembangan berikutnya, Shari’ati dapat digolongkan sebagai seorang agitator dan pemimpin politik, dan tentu saja tidak mengesampingkan tulis-menulis sebagai kegiatan utamanya. Antara tempoh 1951-1955, Shari’ati secara produktif menulis artikel-artikel tentang sosial politik.

Dalam artikel-artikelnya, papar Rahnema, Shari’ati menyerukan penerapan konsep Islam tentang al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy ‘an al-munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan mungkar) ke wilayah sosial politik. Konsep Islam ini merupakan sebuah tanggungjawab sosial yang diwajibkan atas semua orang. Di tangan para agamawan tradisional, konsep Islam ini hanya difahami dalam batas-batas ibadah. Konsep ini sebenarnya bisa diimplikasikan dan dimanifestasikan ke dalam kehidupan semasa, iaitu untuk mencegah kemungkaran sosial politik. Misalnya, berjuang menentang imperialisme antarabangsa, zionisme, kolonialisme dan neokolonialisme, kediktatoran, pertentangan kelas, rasisme, imperialisme kebudayaan, dan pembaratan.

Dengan kefahaman semacam itu, jelas Rahnema, Shari’ati sebenarnya ‘mengumandangkan’ bahawa ‘mengajak’ kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran bukan monopoli agamawan, tapi menjadi tanggungjawab sosial, dan dalam konteks wilayah sosial politik, tanggungjawab sosial itu menjadi kewajiban setiap muslim. Kewajiban itu tidak hanya berupa nasihat, tapi sebagai ajakan yang mengikat dan didukung oleh kekuatan. Kewajiban itu mustahil dilaksanakan tanpa memerangi ketidakadilan dan perilaku jahat (h.474-475).

Pandangan Shari’ati ini membuktikan bahawa ia benar-benar sosok politikus-intelektual-revolusioner pada zamannya, seperti tampak jelas dalam judul buku Rahnema ini.

Komen-komen»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komen