jump to navigation

Murtadha Muthahhari: Dari Falsafah Islam Hingga Marxisme Jun 10, 2007

Posted by ummahonline in Tokoh.
trackback

Oleh: Tid

Untuk mempelajari falsafah Barat, pelajari langsung dari sumbernya. Dengan begitu, umat Islam boleh mengkritik kerana menguasai keseluruhan ilmu falsafah. Ini yang membuat Ayatollah Murtadha Muthahhari kemudian mempelajari falsafah Marxisme. Kendati, ia juga mempelajarinya dari sumber sekunder alias buku-buku terjemahan.

Ayatollah Murtadha Muthahhari seolah jauh lebih aktif setelah wafatnya. Buku-buku yang beredar saat ini, menurut Haidar Baqir sebagian merupakan transkripsi dari pidato atau ceramahnya selama hidup. Sementara buku yang ditulis sendiri sedikit jumlahnya. Di antara buku yang ditulisnya adalah Usul e Falsafah, Struktur Hak-hak wanita dalam Islam, Manusia dan Takdirnya, Layanan Timbal Balik antara Iran dan Islam, dan lainnya.

Ayatollah Murhadha Muthahhari lahir di Faryan, 2 Februari 1920. Usai menamatkan pendidikan dasarnya, ia pindah ke Masyhad, sebuah wilayah pusat ziarah dan belajar. Di tempat inilah ia mulai berkenalan dengan ilmu falsafah Islam. Dari Masyhad, Muthahhari pindah ke Qom. Kepindahannya ke kota tersebut ekoran guru yang memperkenalkan dirinya pada falsafah yakni Mirza Mehdi Shahidi Ravazi. Muthahhari baru menetap di Qom pada 1936. Di kota inilah ia berjumpa Ayatollah Khomeini serta Allamah Thabatabai, dua tokoh yang amat mewarnai pandangannya. Sepanjang hidupnya ia selalu mengatakan pelajaran yang ia terima dari Khomeini selalu terngiang di telinganya, seolah baru satu atau dua hari saja ia dapat.

Dari Khomeini, Muthhahari memperoleh pelajaran falsafah dan irfan. Tahun 1941, Muthahhari meninggalkan Qum menuju Isfahan. Di sini, minatnya terhadap Nahjul Balaghah makin tinggi. Ia mempelajarinya dengan bimbingan Mirza Ali Aqa Shirazi Isfahani, guru yang memiliki autoriti untuk naskah-naskah syiah. Tapi untuk ilmu ushul fiqh, Muthahhari tetap kembali ke Qum. Hasratnya terhadap ilmu falsafah masih belum berhenti. Muthahhari kemudian membaca Manzumah, sebuah naskah filosofis karya Mulla Hadi Sabzawardi. Ia kemudian melanjutkan kajian falsafahnya dengan mempelajari Kifayah Al Usul, sebuah kitab hukum dari Akhud Khorasani. Dari kitab Kifayah Al Usul, kemudian Muthahhari memulai komitmennnya untuk mempelajari Marxisme.

Sumber yang diperoleh Muthahhari untuk mempelajari Marxisme umumnya dari buku dan lembaran yang dibuat oleh partai Tudeh. Pemikirannya terus berjalan dengan mempelajari Al Asfar al Arbaah, juga sebuah buku yang mengkaji pemikiran falsafah. Tumpuan lebih keras pada pembelajaran falsafah dengan mempelajari secara terperinci, Introduction to Philosophy. Ia juga bergabung dengan diskusi Khamis bersama Allamah Thabatabai tentang falsafah materialisme. Diskusi itu berlangsung tiga tahun, hingga menghasilkan sebuah buku Ushul el Falsafah wa Ravesh-e Realism (Prinsip Falsafah dan Metode Realistik). Muthahhari memperbaiki naskah dan memberi tambahan lebih luas dan menerbitkannya secara bertahap. Ia juga mempelajari buku karya Ibn Sina dan lainnya. Pada 1954, Muthahhari mulai mengajar di Fakulti Teologi Universiti Tehran.

Pada saat yang sama ia juga mulai aktif dalam organisasi masyarakat keagamaan bulanan (Anjoman-e Ye dini) dan menerbitkan majalah bulanan Goftar-e Mah. Ia juga secara berkala mengajarkan ilmu Islam kepada masyarakat biasa. Kendati lama bergelut dengan falsafah, Muthhahari tetap boleh berhubungan dengan masyarakat biasa. Ia tetap mengajar ilmu agama sehingga ia lebih dikenal sebagai ulama ketimbang filosofis. Bahasanya amat cair dan ilmu yang diajarkan dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Muthahhari bukan hanya masuk pada kajian agama untuk kehidupan sehari-hari tapi juga memasuki perdebatan tentang feminisme, teori evolusi dan bahkan prinsip kebersebaban dan penciptaan alam semesta yang selalu menjadi perdebatan pada filosofis.

Ehwal teori evolusi yang dibuat oleh Darwin, Muthahhari berpendapat tidak ada kesenjangan logika antara kepercayaan pada Tuhan dengan teori evolusi. Namun menurut dia, teori evolusi yang dirumuskan oleh Darwin tidak cukup untuk menerangkan proses evolusi spesies. Evolusi tetap harus dilengkapi dengan hukum metafizik. Keterlibatan Muthahhari tidak hanya terbatas pada bidang keilmuan. Dia juga ikut menggerakkan revolusi kepada rakyat Islam Iran sehingga dunia falsafah yang ia geluti tak hanya jadi menara gading. Dan kerana keterlibatannya pada politik praktis, itu ia kemudian dipenjarakan pada tahun 1963.

Majalah bulanan yang ia terbitkan dilarang beredar. Kenaikan pangkatnya di Universiti Tehran juga ditolak. Pada 1964, Muthahhari ikut mendirikan Hoesseiniyeh Ershad, sebuah organisasi keagamaan yang didirikan secara peribadi. Namun pada 1963 gerakan revolusi mulai bangkit. Muthahhari terus menjalin kontak dengan Khomeini yang telah diasingkan. Ia bahkan menyatakan dirinya sebagai satu-satunya wakil di Iran yang bertanggungjawab mengumpulkan dan menyalurkan zakat kerana pengasingan ayatullah Khomeini. Ia juga tetap aktif memberi kuliah dan menulis berbagai isu keagamaan dan sosial.

Dan kerana keaktifannya pada dunia ilmiah yang mendukung politik praktis, Muthhahari dibunuh pada 1 Mei 1979. Ia dibunuh hanya beberapa saat setelah kemenangan revolusi Islam Iran.

Komen-komen»

1. haeruddin syam - November 12, 2010

I like Murthadha Muthahhari….


Tinggalkan komen